Departemen Pendidikan Amerika Serikat (AS) dan Badan Antariksa Nasional AS (NASA) kemarin menyelenggarakan Digital Video Conference (DVC) on Robotics dengan mengundang pelajar Indonesia dan AS.
Dalam acara yang digelar di PAS Auditorium,Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Jakarta itu, Kedubes AS mengundang 12 pelajar dari tiga Sekolah Menengah Umum (SMU), masing-masing SMU Labschool SMU 28 (keduanya di Jakarta) dan Techno Natura, Depok. Sementara itu, pelajar AS diwakili 12 siswa dari tiga SMU di California. Wakil Atase Kebudayaan untuk Pengembangan Kepemudaan Kedubes AS Arend C Zwartjes yang menjadi moderator mengaku senang atas kehadiran 12 pelajar Indonesia di kantor Kedubes. Sebelum acara dimulai, dia mendekati beberapa peserta. Anda harus percaya diri dan berani bicara, ok?” Katanya menyemangati peserta.
Pengagum karya seni visual ini mengingatkan, bakal ada keterlambatan (delay) penerimaan gambar dan suara selama video konferensi berlangsung.Menurut Arend, 12 siswa yang menghadiri DVC on robotics merupakan pelajar terpilih. “Mereka adalah contoh generasi cerdas,” pujinya.Peserta DVC on Robotics asal Indonesia terlihat antusias. Mereka mengamati tiga layar televisi yang akan menampilkan gambar kedua belas rekan di seberang benua.Beberapa kamera diletakkan di dekat layar televisi. Perangkat ini akan merekam gambar 12 siswa Indonesia dan dikirim langsung ke California. Dalam acara tersebut, wakil Indonesia dan AS saling bertukar informasi tentang robot yang mereka buat.
Walau dihadang kendala delay, toh peserta asal Indonesia tetap antusias.Mereka mencermati setiap penjelasan rekan jarak jauhnya. Kemudian sampailah pada sebuah pertanyaan yang dilontarkan seorang peserta. “Berapa biaya yang Anda (pelajar California) keluarkan untuk membuat robot seperti itu?” tanya seorang pelajar Indonesia. “USD3.000 (Rp27 juta),”jawab wakil pelajar California. Beberapa pelajar Indonesia terhenyak. Sejumlah lainnya langsung memperdebatkan jumlah tersebut dengan teman-temannya. Kemudian tercetus pertanyaan berikutnya. “Dari mana Anda memperoleh dana untuk membiayai proyek robotik?” tanya Aldino Jazmi dari SMU 28.Wakil pelajar California menjelaskan, mereka mengajukan proposal dana ke beberapa perusahaan swasta.
“Tentu saja, kami mendapat bantuan dari NASA,” jawab pelajar California. Pelajar asal California sangat serius mengerjakan proyek robotik. Terbukti, mereka hanya membutuhkan waktu enam bulan untuk menyelesaikan satu robot. Generasi muda Indonesia patut bercermin dari 12 pelajar California ini. Bayangkan saja, setiap hari selama lima hari mereka melakukan aktivitas yang serupa. Pagi hingga siang hari mereka belajar di sekolah.Kemudian, mereka singgah sebentar di lokasi proyek robotik. Menjelang sore mereka pulang, lalu mengerjakan tugas yang diberikan pengajar di sekolah. Seperti itu aktivitas mereka selama lima hari,dari Senin hingga Jumat. Bosankah mereka? Tidak. “Kami tidak pernah bosan,” papar pelajar California. Kalaupun bosan, mereka bisa menahan sampai Jumat malam.
Itulah saatnya menjalani sisi kehidupan yang lain dan bersama remaja yang lain pula. Seusai acara,pelajar Indonesia memeragakan kemampuan robot yang mereka ciptakan.Kepala Bagian Lingkungan Hidup, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kesehatan Kedubes AS Hugo Yon turut mengamati pergerakan robot hasil rancang pelajar Indonesia.“Ini menakjubkan. Mereka sangat cerdas dan berbakat,” ujar Yon seraya mencermati sebuah robot berwarna kuning. Pembukaan DVC on Robotics ditandai dengan kata sambutan yang disampaikan Direktur Komunikasi Strategis sekaligus Direktur Bidang Pendidikan Pusat Penelitian Penerbangan Dryden- NASA, John R O’Shea.
Setelah O’shea selesai dengan kata sambutannya, giliran Koordinator Digital Learning Network (DLN) NASA, David E. Alexander, M.Ed berbicara. Dia merasa gembira bisa mempertemukan 24 pelajar Indonesia dan California dalam kesempatan yang istimewa.
“Sebenarnya saya ingin kita semua duduk di depan sebuah meja besar, kemudian bercakap- cakap sambil menikmati makan malam,” tandasnya. DLN adalah jaringan yang menyediakan teknologi video konferensi secara gratis untuk siswasiswi di 10 pusat penelitian NASA. Dengan adanya DLN, para pelajar bisa berkomunikasi de-ngan ilmuwan, teknisi hingga astro-not NASA.
Dalam kata sambutannya, Alexander meminta 24 peserta DVC on Roboticsuntuk aktif. “Kami ingin Anda banyak bertanya. Tanyakan apa saja,” pesannya. Pelajar California mendapat kesempatan pertama untuk memberikan presentasi tentang proyek robotiknya. [OkeZone.com]
UT OMNES UNUM SINT
Tim RedWariat 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar